Review Pertukaran dan Sisi Lainnya ; Sebuah Refleksi tentang Landasan Bersama Orang-orang Kei P.M Lakson

Share:




Tahun 1935, van Wouden, dalam disertasinya menganalisis substansi struktural di kepulauan Kei. Van Wouden berpendapat bahwa perkawinan merupakan ajang perjumpaan aktivitas sosial. Perkawinan menunjukkan klasifikasi simbolik, adanya dualisme organisasi sosial masyarakat kepulauan Kei, yaitu asas keturunan ganda jalur dan asas keturunan ganda sejajar. Masyarakat kepulauan Kei belum banyak dikaji dalam penelitian setelah penelitian van Wouden.
Kepulauan Kei terletak di tenggara Maluku antara 5°- 6°5` LS dan 131°50`- 135°51 BT. Terediri dari 112 pulau yang terbagi dalam dua kelompok besar yaitu kepulauan Kei besar dan kepulauan Kei kecil serta tiga kelompok kecil yaitu Kur, Tayando dan Kei Tanimbar. Hanya tiga pulau di Kei besar dan 17 pulau di Kei kecil yang berpenghuni.
Kegiatan pertanian dilakukan dengan perladangan daur ulang, disamping itu ada kegiatan perkebunan, pegawai negeri dan pedagang. Orang Kei memanfaatkan kerangka sosial tradisional sebagai sarana mengeruk hutrang, juga berhasil mengelola pola-pola tradisional. Hal ini erat kaitannya dengan pela, yaitu pertukaran tradisional antar penduduk, bisa memanipulasi persaudaraan fiktif. Dalam berhubungan dengan pemerintah, orang Kei juga mengunakan strategi ini.
Penduduk kampung mengidentifikasikan diri dalam rumah yang disebut rahan atau mata rumah, ini dipahami sebagai keluarga patrilinela atau klan atau fam. Hubungan antar rumah ini rumit meskipun masih terikat dalam ikatan perkawinan. Aliansi perkawinan antar rumah dilindungi oleh perbedaan antara yanur. Penduduk kampung menyebut hubunagn memberi dan menerima sebagai fau swilik atau kawin turun naik. Keberadaan faun swilik dalam perspektif teori kekerabatan terletak dalam perkawinan antara sepupu sejajar yang bertentangan dengan integrasi umum.
Agama di kepulauan Kei tidak ada yang mayoritas, ada yang lslam, katolik, protestan. Perbedaan Agama ini kadang berpengaruh pada banyak hal, pada masa Belanda, lslam didiskriminasi, ketika Jepang berkuasa, lslam imanfaatkan sebagai sekutu, sebagai akibat dari diskriminasi Belanda. Pada pemilu 1950 agama menentukan afiliasi politiknya.
Pada masa setelahnya, perbedaan agama dan politik di kepulauan Kei melibatkan segmentasi internal masing-masing kelompok agama. Ketika masa orba, kampanye golkar manggunakan Elias Pikal, juara tinju dan Abdul Gafur, yang berasal dari Maluku. Kumpulan dengan dalih penyembuhan juga pernah dimanfaatkan untuk misi Katolik
Pada artikel yang berjudul pertukaran dan sisi lainnya; sebuah refleksi tentang landasan orang-orang Kei, tidaklah dijelaskan secara gamblang hal yang disebut dalam judulnya, hal yang banyak dijelaskan adalah gambaran Kei secara umum, segmentasi, pemanfaatan segmentasi, pengaruh agama terhadap hal lainnya. Walaupun sudah membaca sampai selesai, maksud dari tulisan ini belum dapat ditangkap.




Tidak ada komentar